Oleh: Rizky Agustian
JAKARTA – FORMEN, Tuntutan zaman menjadi motivasi
bagi banyak orang untuk meraup untung sebanyak-banyaknya, terlebih karena
kebutuhan yang kian hari kian menggunung. Berbagai macam cara ditempuh demi
menghidupkan keluarga, salah satunya menjadi pekerja bangunan.
Adalah Mujiyono
(43), buruh pekerja bangunan asal Purworejo, Jawa tengah, yang memutuskan
merantau ke Jakarta demi mencukupi kebutuhan hidup. Berbekal selembar ijazah
SD, ia membulatkan tekad untuk merantau ke kota yang menjadi pusat perekonomian
negara tersebut.
“Waktu itu
saya nekad mas, yang penting keluarga di kampung bisa makan. Pertama kali
sampai Jakarta tahun 1995, umur 22. Waktu itu istri saya tinggal di kampung,
lagi hamil anak pertama,” kenangnya dengan logat medhok.
Sesampainya
di Jakarta, berbagai macam pekerjaan ia jajal. Mulai dari menjual bakso di
bilangan Senen, Jakarta Pusat, hingga menjadi tukang kredit baju keliling.
Semua ia lakukan demi keluarga tercinta.
Akan tetapi,
keberuntungan tidak menerpanya, usaha yang ia bangun kerap kali jatuh bangun. Namun,
pria kelahiran Purworejo, 43 tahun silam ini tak patah arah.
Berkat relasi
yang ia bangun saat berdagang, salah satu temannya merekomendasikan dirinya
untuk bekerja sebagai buruh kerja bangunan. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya
ia memutuskan untuk berkarir sebagai pekerja bangunan.
“Tahun 2008
saya mulai jadi kuli, ya sampai sekarang. Kata orang-orang, ‘ngapain jadi kuli,
capek,’ tapi saya nikmatin aja. Yang penting pemasukan lancar, ga mikirin
untung rugi,” ujarnya.
Saat ditanya
tentang penghasilan, ia mengaku cukup untuk membiayai hidupnya di Jakarta, istri di kampung halaman, dan anaknya yang
masih bersekolah.
“Kadang suka
kangen anak istri di kampung mas. Pulangnya paling cepet setahun sekali,
tergantung proyeknya selesai cepet atau lama,” ujarnya sembari menunjukkan foto
keluarganya yang ia simpan di dompet.