Jakarta - Masjid kampus tak lagi jadi fasilitas
pelengkap semata, tapi justru sebagai bagian penting dan penegas identitas yang
membanggakan. Dalam konteks ini, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)
merupakan contoh penting, karena memiliki Masjid AR-Fachruddin yang sangat
megah, bahkan disebut-sebut sebagai masjid kampus terbesar di Asia Tenggara.
Pembangunan masjid ini memakan waktu 23
bulan, terhitung sejak November 1994 sampai dengan September 1996 dan pada 1998
diresmikan oleh Presiden B. J. Habibie. Luas bangunan 14.834,70 meter persegi.
Ide bangunan masjid ini datang dari
Malik Fadjar yang saat itu menjabat sebagai rektor UMM. Sebagai langkah awal dirumuskan
misi, visi, fungsi arsitektur dan lokasi masjid di komplek kampus terpadu.
Pembangunan masjid ini melibatkan tim perencanaan dan pembangunan masjid dan dinahkodai oleh Ir. Lukito Prasetyo.
Arsitektur masjid memadukan berbagai
unsur kebudayaan, diantaranya kebudayaan Jawa, Arab dan modern. Kebudayaan Jawa
ditandai cungkup di ujung masing-masing kubah. Berbagai bentuk
ornamen dan pilarnya dibuat dengan gaya modern yang menggambarkan semangat
modernitas dalam menampilkan ajaran Islam. Pilar-pilar yang kokoh ke dalam dan
menjulang tinggi mengambarkan bangunan tauhid yang menghujam. Sementara kubah
dan ornamen lainnya menggambarkan buah dan daunnya yakni amal shaleh.
Pembangunan masjid ini, kabarnya,
menghabiskan dana sekitar Rp 6 milyar. Dibangunnya masjid ini sekaligus membawa
cita-cita untuk mewujudkan sarjana yang berkualitas pikir sekaligus berkualitas
dzikir. Keberadaan masjid Ar-Fachruddin itu pun diharapkan dapat memberi
kontribusi riil dalam mewujudkan cita-cita tersebut.
Misi masjid ini tercermin dalam
penentuan lokasi dan arsitektur masjid. Lokasi masjid sengaja dipilih pada
barisan terdepan dari seluruh bangunan kampus, dekat dengan jalan raya,
sehingga terbuka bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan masjid ini sebagai
tempat beribadah.
Oleh Rizky Agustian
0 komentar:
Posting Komentar